Bagian-bagian daging tersebut kemudian direbus di dalam kuah berbumbu. Tampilannya mirip dengan semur karena kuahnya berwarna kecokelatan, terbuat dari kecap, bawang putih, dan bumbu-bumbu ramuan Tionghoa. Cita rasa perpaduan dari gurih manis dan asin, dipadukan dengan segarnya perasan jeruk nipis dan dengan aroma bunga lawang*.
Sekba adalah jajanan jalanan yang populer di daerah Pecinan di Indonesia, seperti Gang Gloria di kawasan Glodok. Kawasan ini didominasi kultur Peranakan. Tidak mengherankan jika pilihan-pilihan wisata kulinernya tergolong unik dan berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
Menyusuri gang Gloria, Petak Sembilan dan gang-gang ternama lainnya di kisaran Pancoran – Glodok, maka kita akan berjumpa dengan banyak pedagang Sekba. Peralatan penjualnya mirip dengan tukang siomay, menggunakan gerobak ataupun meja kecil dengan panci klasik berukuran besar yang sekbanya terus mengepul.
Para pembeli Sekba dapat memilih sendiri beraneka jenis daging dan jeroan babi, kemudian membayar harga perpotongnya .
Seporsi sekba biasanya terdiri atas tiga jenis jeroan atau daging. Sebagai pelengkap ditawarkan kentang rebus, sayur asin, tahu, dan kadang-kadang juga telur rebus.
*Catatan
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak, adalah rempah yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Warnanya cokelat gelap, bentuknya delapan sisi dengan rasa dominan manis.
Bunga lawang umum digunakan sebagai penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkih. Bunga lawang banyak dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari.
Di Indonesia, bunga lawang digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Minang, dan beberapa jenis masakan Jawa, dan Bali.
Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan campuran minum teh, diantaranya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Termasuk Wedang Pekak, minuman tradisional khas Kabupaten Demak.