Untuk bumbu, tidak ada perbedaan antara ketiganya. Demikian juga dengan bahan utamanya yang terdiri dari kaldu ayam, yang diperkaya dengan aneka bumbu rempah seperti: kemiri, bawang putih dan lada (merica) yang dihaluskan. Kompilasi bumbu ini menghasilkan perpaduan aroma segar dengan rasa gurih yang "medhok" dan "mlekoh".
Kemudian mengenai bahan isiannya. Cukup banyak bahan dasar yang digunakan untuk membuat Bakmie Jogja, antara lain: mie lidi yang lembut dan kenyal, ayam suwir, rajangan kol, potongan tomat, daun bawang, sledri, cabai rawit (bagi penyuka pedas), telur (bebek atau ayam) yang diorak-arik, dan "kekian". Selain itu ada bawang goreng dan acar mentimun, yang akan ditambahkan setelah makanan Jogja ini siap disajikan.
"Kekian" adalah istilah bagi makanan (pelengkap) untuk memperkaya rasa. Bahan dasarnya terdiri dari tepung terigu, telur, cacahan udang/ayam/sapi, kaldu udang/ayam/sapi dan aneka bumbu. Adonan tersebut kemudian dikukus sampai matang. Kekian aslinya digunakan dalam masakan "chineese food", sedangkan kekian yang digunakan dalam masakan jawa seperti Bakmie Jogja sebutannya adalah kekian palsu atau kekian jawa, karena tidak menggunakan udang atau daging ayam/sapi seperti pada kekian yang asli.
Setelah semua bahan-bahan tersebut tersedia, maka siap diolah menjadi Bakmie Jogja yang tidak hanya lezat, tapi juga tampil cantik dengan kuah berwarna kuning emas kecoklatan, lengkap dengan aroma khas yang membedakan makanan Jogja ini dengan jenis olahan mie dari daerah lainnya.
"Koenci" dari keistimewaan itu ternyata terletak pada dua hal, yaitu:
- Peralatan; wajib menggunakan wajan besi dan tungku tanah liat atau "anglo" dengan bara api yang berasal dari arang kayu. Metode ini menghasilkan panas ideal, sehingga menghasilkan hidangan dengan tingkat kematangan yang pas serta citarasa otentik dari bumbu yang meresap sempurna.
- Pengolahan; para "chef" makanan Jogja ini selalu menghormati resep legendaris warisan leluhur, dengan cara membatasi jumlah porsi yang dimasak secara bersamaan. Maksudnya, pantang memasak prosi banyak dalam satu wajan, agar kualitasnya terjaga.
Selain mie jowo, ada lagi satu menu ekslusif khas jawa yang membuat ketagihan para pelanggannya yaitu Mie "Balungan". Apa itu balungan ?. Balungan berasal dari kata bahasa jawa "balung", yang artinya tulang. Sedangkan balungan menunjuk kepada tulang ayam yang masih menyisakan sedikit daging.
Jadi, mie balungan adalah mie yang dimasak dengan tambahan tulang. Tapi yang dimakan bukan tulangnya, melainkan sisa-sisa daging yang masih menempel pada tulang. Dengan definisi tersebut, maka tulang paha tidak dapat digolongkan sebagai balungan. Dan balungan tidak tersedia setiap saat, karena tergantung kepada sisa tulang ayam dari menu standar yang terjual.
Kenikmatan makan balungan, terletak pada cara makan yang menggunakan tangan (tanpa sendok), serta teknis menggigit atau menemukan daging yang masih ada di sela-sela tulang tersebut. Tentu saja membutuhkan ketelitian dan ketrampilan khusus. Itu sebabnya penggemar menu balungan selayaknya digolongkan sebagai seniman, dengan julukan "seniman balungan".
Uniknya, seiring berjalannya waktu ada dua "image" yang berubah tentang penggemar balungan.
- Pertama, yang menganggap bahwa menu balungan melambangkan "keterbatasan", telah berganti menjadi menjadi makanan yang “menyenangkan” karena cara makannya.
- Kedua, bahwa pemakan balungan pasti golongan bapak-bapak, mulai bergeser dengan generasi muda.
Ingin mencari penjual BAKMIE JOGJA terdekat dari lokasi anda via Google Maps? Silahkan KLIK DISINI